Oleh : Ocha Wijaya
“ Malam jumat ini kita pergi!”
Aku terperanjat kaget mendengar ucapan Dea dari seberang telepon.
“ Yakin lo, De?!”
“ Yes, I’m sure.”
“ tapi, De?!”
“ Nggak pake tapi-tapian. ‘cause malam itu yang membuat ritual kita semakin
Bertambah seru dan menegangkan, Ris!”
“ Okey, but emangnya nggak bisa jumat pagi atau sore, gitu?”
“ Udahlah Ris,pokoknya kita pergi malam jumat! Nggak pake pagi, siang,
atau sore. Jam tujuh teng, gue jemput lo. Okey!”
Huh.. seperti biasanya. Keputusan Dea yang sudah bulat bak bulan purnama, pasti aku tidak akan mampu membuatnya menjadi bulan separuh. Atau, aku gagalkan dengan mendatangkan gerhana bulan sekalipun.
Dan akhirnya, dengan berat hati aku mengiyakan ajakan Dea sembari menganggukkan kepala meski Dea tak melihatnya.